Hikayat Islam – Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam
Tatkala Yusuf telah cukup dewasa, Kami berikan kepada-Nya pemahaman yang benar dan ilmu yang bermanfaat. Seperti halnya Kami memberikan balasan kepadanya lantaran kebaikan yang ia lakukan, Kami juga memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik karena perbuatan baik mereka.
Wanita yang rumahnya ditempati Yusuf di bawah kekuasaannya ingin merayu Yusuf agar ia mau menggaulinya. Wanita itu mendekat ke hadapan Yusuf dan menampakkan keindahan tubuhnya. Ia menutup semua rapat-rapat dan berkata, “Kemarilah mendekat kepadaku, telah kusediakan diriku untukmu.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari segala bentuk kejahatan. Bagaimana mungkin aku melakukan hal itu bersamamu sementara suamimu yang mulia itu adalah tuanku yang telah memposisikan aku dengan baik? Sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang yang menzalimi manusia dengan berkhianat melakukan zina.”
Wanita itu telah bermaksud melakukan perbuatan itu dengan Yusuf. Yusuf pun demikian juga, andaikata ia tidak melihat sinar cahaya Allah yang benar. Akhirnya Yusuf tidak mengikuti kecenderungan dan hawa nafsunya dan terhindar dari maksiat, perbuatan khianat dan zina. Sesungguhnya Yusuf termasuk dalam hamba-hamba Allah yang ikhlas dalam sikap beragama mereka kepada-Nya.
Dengan cepat Yusuf berlari menuju pintu keluar. Wanita itu pun segera mendahuluinya untuk menghalanginya keluar, dan menarik baju gamisnya dari belakang hingga koyak. Di depan pintu, keduanya mendapatkan suami wanita itu. Ia pun mencoba untuk membangkitkan amarah suaminya dengan mengatakan, “Tidak ada balasan bagi orang yang hendak berbuat serong dengan istrimu kecuali penjara atau siksa yang menyakitkan.”
Untuk membela dirinya, Yusuf berkata, “Istrimulah yang memintaku dan berusaha memperdayaku.” Keduanya saling melempar tuduhan. Kemudian salah seorang dari keluarga bertindak sebagai penengah dan mengatakan, “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka pengakuan wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar omongannya.”
Tatkala sang suami melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang, ia berkata kepada istrinya, “Sesungguhnya tuduhan berbuat serong yang kamu lemparkan kepada Yusuf, padahal kamu sendiri yang melakukannya, itu memang tipu daya wanita belaka. Sesungguhnya tipu daya kaian, wanita, amatlah kejam. Kamu, Yusuf, lupakanlah peristiwa ini. Rahasiakan dan jangan kau sebut-sebut lagi. Dan kamu, istriku, mintalah ampunan atas dosamu. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang berdosa yang sengaja melakukan kesalahan dan dosa, kemudian melemparkan tuduhan dosa itu kepada orang lain.”
Kemudian berita tentang peristiwa itu pun sampai kepada sekelompok wanita di kota itu. Mereka ramai memperbincangkannya dan mengatakan, “Istri al-‘Aziz (pembesar kerajaan) telah menggoda dan memperdaya Yusuf untuk mengikuti keinginannya. Cintanya kepada pemuda itu sangat mendalam. Kami yakin, jalan yang ditempuh oleh wanita itu bersama bujangnya adalah kesesatan dan kesalahan yang nyata.”
Tatkala istri al-‘Aziz mendengar gosip dan cercaan mereka tentang dirinya, ia pun mengundang mereka ke rumahnya. Mereka disediakan bantal untuk bersandar. Setelah mereka datang dan duduk bersandar, masing-masing diberi sebuah pisau, lalu disediakan makanan untuk dimakan dengan pisau yang telah mereka terima. Wanita itu berkata kepada Yusuf, “Tampakkan dirimu kepada mereka.” Ketika Yusuf muncul dan dilihat oleh wanita-wanita itu, mereka terpesona oleh ketampanannya. Begitu kagum dan takjubnya, mereka tidak sadar melukai tangan ketika memotong makanan. Dengan terkagum-kagum, mereka berkata, “Allah Mahasuci! Yang kami lihat ini bukanlah manusia, sebab manusia tidak mungkin setampan dan seelok ini. Ia tidak lain hanyalah malaikat yang sangat sempurna dan mulia sifat-sifatnya.”
Istri al-‘Aziz mengomentari omongan mereka dengan berkata, “Pemuda tampan yang telah mempesona dan membuat kalian terkagum-kagum itulah yang membuat kalian mencerca aku. Aku telah memintanya dan mencoba memperdayanya untuk memenuhi ajakanku, tetapi ia enggan, seakan-akan dirinya terjaga dan ia ingin selalu terus menjaganya. Sungguh, jika ia tidak menuruti perintahku, maka ia akan dijebloskan ke dalam penjara dan akan menjadi terhina.”
Yusuf berkata, setelah mendengar ancaman istri al-‘Aziz dan juga mendengar nasihat wanita-wanita itu agar menuruti saja keinginannya, “Ya Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada permintaan mereka kepadaku. Sebab, itu berarti melanggar perintah-Mu. Kalau saja Engkau tidak melindungi aku dari makar dan tipu daya mereka, niscaya aku cenderung mengikuti mereka, sehingga aku termasuk orang-orang bodoh dan bersalah.”
Lalu Allah memperkenankan doa Yusuf dan menghindarkannya dari tipu daya jahat mereka. Sesungguhnya hanya Dialah yang maha mendengar segala permohonan hamba-hambanya yang memohon, Maha Mengetahui keadaan mereka dan yang maslahat untuk mereka.
Setelah melihat bukti-bukti nyata yang menyatakan Yusuf tidak bersalah, al-‘Aziz dan keluarganya menyepakati suatu rencana dan berjanji akan melaksanakannya. Yaitu, mereka akan memasukkan Yusuf ke dalam penjara dalam waktu singkat atau lama. Dengan demikian, istrinya terhindar dari omongan orang yang tidak baik dan selamat dari kesesatan.
Baca juga :
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 1
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 3
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 4
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 5
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 6
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 7
Bersambung…
Leave a Reply