Hikayat Islam – Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam
Saudara-saudara Yusuf tidak tahu bahwa Yusuf meletakkan harta mereka dalam tas-tas mereka. Maka, ketika mereka membukanya, mereka mendapatkan harta tersebut, lantas mereka tahu betapa mulia yang diperbuat oleh Yusuf terhadap mereka. Hal itu oleh mereka dijadikan alasan untuk lebih menenangkan hati ayahnya serta meyakinkannya untuk mengabulkan permintaan itu. Mereka juga mengatakan bahwa antara saudara mereka dengan mereka sendiri diikat dengan hubungan kuat yaitu saudara satu ayah. Mereka berkata, “Wahai ayah kami, adakah yang ayah inginkan itu lebih baik dari apa yaang sudah dan akan terjadi? Lihatlah, ini harta kami dikembalikan tanpa ada sedikit pun yang diambil. Oleh karena itu, izinkanlah kami pergi bersama Benyamin untuk mendapatkan bingkisan bagi keluarga kita. Kami akan menjaganya. dan bingkisan itu akan bertambah jika dibawa oleh unta milik saudara kami, karena sesungguhnya sang raja telah menetapkan untuk memberi setiap orang bahan makanan seberat beban unta.
Usaha anak-anak Yaqub berhasil dalam meyakinkannya. Yaqub menjadi lunak dari sikap semula yang melarang anaknya untuk pergi bersama saudara-saudaranya ke mesir. Meskipun demikian hatinya masih belum tenang sepenuhnya, maka ia pun berkata kepada anak-anaknya, “Ia tidak akan aku kirim bersama kalian sebelum kalian memberikan jaminan yang cukup kuat. Bersumpahlah kalian atas nama Allah, bahwa kalian akan membawanya kembali kepadaku. Jangan ada yang menhalangi kalian untuk mengembalikannya kepadaku kecuali jika kalian meninggal atau terkepung musuh yang lebih kuat dari kalian untuk mempertahankkan saudara kalian itu.” Mereka menerima syarat yang diajukan sang ayah. Mereka lalu berjanji, dan pada saat iu Yaqub memohon kepada Allah atas kesaksian janji mereka dengan berkata, “Seungguhnya Allah melihat dan mengawasi apa yang sedang berlangsung di antara kita.”
Yaqub merasa mantap dengan janji anak-anaknya. Perasaaan haru yang ada dalam hatinya mendorongnya untuk mmemberikan pesan kepada mereka agar mereka, dalam memasuki kota Mesir, melewati pintu yang berbeda-beda supaya tidak menjadi pusat perhatian orang lain ketika mereka masuk dan agar tidak diawasi. Sebab hal itu bisa berakibat tidak baik bagi mereka. “Sedangkan aku,” Kata Yaqub, “tidak mampu melindungi kalian dari bahaya. Yang mampu menahan aniaya hanyalah Allah. Dialah Yang Mahakuasa. Aku bertawakal kepada-Nyalah seharusnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang menyerahkan segala perkaranya itu bertawakal.
Mereka menerima pesan ayah mereka, dan mereka pun masuk Mesir melalui pintu yang berbeda-beda. Hal itu bukan untuk menghindari bahaya yang telah digariskan oleh Allah, sebab Yaqub tahu persis akan hal itu dengan ilmu yang diajarkan Allah. Tetapi, pesan Yaqub tersebut sebenarnya adalah untuk dirinya sendiri, yaitu keharuan seorang ayah kepada anak-anaknya, sebagaimana diungkapkan di dalam pesan ini. Tapi sebagian besar umat manusia tidak memiliki ilmu seperti ilmu Yaqub, maka mereka menyerahkan seluruh perkara dirinya kepada Allah dan berlaku hati-hati.
Ketika mereka sampai kepada Yusuf, mereka ditempatkan pada kedudukan yang sangat terhormat. Yusuf memberikan keistimewaaan kepada saudara kandungnya dengan memeluknya. Sambil berbisik, ia berkata, “Aku adalah Yusuf, saudaramu. Jangan bersedih dengan apa yang mereka lakukan terhadap dirimu dan diriku.
Kemudian, setelah Yusuf menjamu mereka dengan baik, memberi jatah makanan mereka dan menambahnya dengan bahan makanan seberat beban unta untuk saudaranya, mereka bersiap-siap untuk kembali. Yusuf memerintahkan kepada pembantu-pembantunya itu untuk menyelipkan bejana (tempat minuman) di tempat perbekalan Benyamin. Setelah itu salah satu dari pembantu Yusuf berkata, “Wahai rombongan yang sedang membawa perbekalan, berhentilah! Kalian telah mencuri.”
Saudara-saudara Yusuf gemetar mendengarkan seruan itu. Mereka pun bergerak ke arah orang yang berkata tadi dan bertanya, “Apa yang hilang dari kalian dan apa yang kalian cari.”
Para pembantu raja menjawab, “Kami sedang mencari bejana tempat minum raja. Kami akan memberikan hadiah bagi orang yang menemukannya berupa makanan seberat beban unta.” Pemimpin mereka pun menyatakan dan menegaskan hal itu dengan berkata, “Aku menjamin janji ini.”
Saudara-saudara Yusuf berkata, “Tuduhan mencuri yang kalian arahkan kepada kami itu sungguh aneh! Sungguh, tingkah laku dan keteguhan kami dalam beragama yang kalian lihat selama dua kali kedatangan kami ke negeri kalian ini tidak menunjukkan bahwa kami bermaksud melakukan kejahatan. Bukan kebiasaan kami untuk mencuri.”
Yusuf membisikkan pembantu-pembantunya untuk meminta ketentuan hukum kepada saudara-saudaranya mengenai sanksi yang pantas diterima oleh orang yang terbukti menyimpan bejana raja di dalam tasnya sebagai “prolog” untuk mengambil Benyamin dengan berdasar pada ketentuan mereka sendiri. Selain itu, juga agar keputusan mereka itu terlaksana tanpa ada pengampunan. Pembantu-pembantu Yusuf pun berkata, “Menurut kalian, apa balasan untuk pencuri jika terbukti bahwa pencuri itu adalah salah satu dari kalian?”
Karena begitu yakinnya anak-anak Yaqub bahwa mereka tidak mencuri bejana raja, mereka menjawab pertanyaan itu tanpa ragu-ragu, “Orang yagn mencuri bejana harus dijadikan budak. Dengan hukuman seperti itulah kami membalas orang-orang zalim yang mengambil harta orang lain.”
Baca juga :
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 1
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 2
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 3
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 4
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 6
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 7
Bersambung…
Leave a Reply