• Home
  • Layanan
    • Jasa Desain Web
    • Program Umroh
  • Arsip
  • Kategori
    • Kisah Rasulullah
    • Kisah Shahabat
    • Kisah Orang Shalih
    • Kisah Teladan
    • Sejarah Islam
  • KAJIAN ISLAM
  • AFAHRURROJInet
  • Tips

Hikayat Islam

Kisah-kisah Islami

You are here: Home / Kisah Orang Shalih / Ma’ruf Al-Kurkhi, Salah Satu Murid Para Malaikat

Ma’ruf Al-Kurkhi, Salah Satu Murid Para Malaikat

updated 7 November 2017 by Ahmad Fahrurroji 1 Comment 4872 Views

hikayat-maruf-al-kurkhi

Hikayat – Ma’ruf Al-Kurkhi, Salah Satu Murid Para Malaikat

Muhammad bin al-Mudzaffar berkata, “Diriwayatkan kepada kami bahwa semula kedua orang tua Abu Mahfudz Ma’ruf bin Fairuz al-Kurkhi adalah orang Persia yang beragama Nasrani.

Keduanya menyerahkan pendidikan anaknya (Ma’ruf) sejak dini untuk belajar menulis kepada seorang alim. Suatu hari sang guru memberi pelajaran, katakan’ Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Dan Tuhan Ibu.’ Ma’ruf membantah dengan mengatakan, ‘Tuhan hanya satu.’ Kemudian sang guru memukulnya.

Guru pun melanjutkan pengajarannya untuk mengucapkan seperti semula. Lagi-lagi Ma’ruf menolak, dia mengucapkan, ‘Tuhan itu satu.’ Pada lain hari sang guru memukul dengan pukulan yang lebih keras, maka Ma’ruf pun melarikan diri.

Nampaknya kedua orang tua Ma’ruf tidak mampu lagi bersabar. Hampir-hampir keduanya berputus asa karena sangat khawatir dengan pembangkangan Ma’ruf. Akhirnya kedua orangtua Ma’ruf berkata, ‘Mudah-mudahan dia menemukan suatu agama yang berkenan di hatinya sehingga kita bisa turut memeluk agama itu.’

Ma’ruf, yang masih anak-anak itu terus berjalan mencari kebenaran sehingga bertemu dengan Ali bin Musa ar-Rihda, lalu menyatakan dirinya masuk Islam di hadapannya. Ia hidup dengan beliau dan membantu beliau mampu dalam tempo yang tidak sebentar.

Tak berapa lama kemudian, ia minta izin kepada Ali bin Musa untuk pulang ke rumah orang tuanya. Ia tiba di rumah pada malam hari, setelah mengetuk pintu, orang tuanya bertanya, ‘Siapa?’ Ma’ruf menjawab, ‘Saya!’ Sebelum membuka pintu, orang tua Ma’ruf bertanya, ‘Sekarang kamu memeluk agama apa?’ Ma’ruf menjawab, ‘Islam.’ Kedua orang tuanya mempersilahkan masuk dan memeluk Islam. Allah telah berkenan mengumpulkan keluarga ini dalam agama Islam’.”

Di antara riwayat yang sampai kepada kami adalah bahwa, “Ma’ruf mengajarkan agama yang dipeluknya dengan ucapan-ucapan yang tidak disukai kedua orang tuanya. Sehingga si Ibu berkata kepada sang ayah, ‘Anakmu ini masih sangat kecil, tidak pantas berkata-kata demikian. Jalan pikirannya telah dirusak oleh sebagian umat Islam, sebaiknya ia dilarang keluar rumah saja. Keputusan ini lebih baik untuk anak kita.’

Beberapa hari ia disekap dalam kamar rumahnya. Namun sang ayah tidak tega, lalu melepasnya. Akan tetapi Ma’ruf malah kembali mengunci diri di dalam kamar. Ia tidak mau keluar sebelum kedua orang tuanya memaksa untuk keluar kamar, sampai-sampai sang ayah bertanya, ‘Mau berapa lama lagi kamu akan mengunci diri dalam kamar?’

Ma’ruf menjawab, ‘Ayah, sebenarnya ketika aku berada di dalam kamar ini, aku mendapatkan seseorang yang mampu memberi pencerahan yang ayah ibuku sangka bahwa dia merupakan jalan hidupku dan berdampak buruk pada ayah ibu berdua.’

Ayah Ma’ruf bertanya, ‘Siapa dia?’

Ma’ruf diam, tidak memberi jawaban. Sang Ayah marah kepada si Ibu, ‘Ini gara-gara kamu! Anak kesayanganku jadi gila!’ Sang ayah lalu membawa Ma’ruf pergi menemui seorang pendeta, untuk menceritakan kejadian tersebut dan agar pendeta bersedia menjampi dan mengobatinya.

Sang pendeta bertanya kepada Ma’ruf, ‘Siapakah yang dia maksud merusak jalan pikiranmu sehingga berdampak buruk kepada kedua orang tuamu?’

Ma’ruf menjawab, ‘Hati kecilku! Dia senantiasa merenungkan siapa yang telah menciptakan langit dan bumi juga memikirkan mengapa bisa demikian indah!’

Sang pendeta bertanya lagi, ‘Kalau begitu, bagaimana menurut pendapatmu wahai Ma’ruf mengenai renunganmu itu?’

Ma’ruf menjawab, ‘Menurutku, di sana hanya ada satu Dzat yang mampu mengatur seluruh alam raya ini, tidak boleh ada seorang pun yang menyerupai Dzat itu. Sebab sekiranya ada tentu ia ingin berbuat seperti yang telah diperbuatnya.’

Pendeta berkata, ‘Kalau demikian, tetaplah kamu di situ, sebentar lagi aku datang menemuimu.’

Kemudian pendeta kembali ke biaranya untuk mengambil tinta dan pena. Ia mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ma’ruf, lalu menulis jawabannya. Selanjutnya pendeta berkata kepada Fairuz (ayah Ma’ruf), ‘Wahai Fairuz, sekiranya engkau berkata kepadaku bahwa anak ini adalah anakku, tentu aku akan mengatakan bahwa dia adalah salah satu murid para Malaikat.’

Fairuz bersama anaknya pulang dengan perasaan bahagia.

Ma’ruf berkata, ‘Peristiwa ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Ali bin Musa ar-Ridha, beliau pun berkomentar, ‘Memang kamu salah satu murid para Malaikat’.”73

73 Anba’ Nujabail Abna’, hal. 185-197

[99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab]

Share this:

  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)

Filed Under: Kisah Orang Shalih Tagged: hikayat islam, ma'ruf al kurkhi, murid malaikat 4872 Views

Related Posts

  • Kisah Sayyidina Abu Hurairah RA Bertanya Satu Masalah karena Lapar
  • Ali bin Al-FudhailAli bin Al-Fudhail, Meninggal Karena Bacaan Al-Quran
  • Said Bin Amir Al-Jumahi, Pemimpin dan Wali
  • Kisah Kejujuran Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad
  • Aku Tidak Peduli, Selama mati Dalam Keadaan IslamAku Tidak Peduli, Selama Mati Dalam Keadaan Islam

Comments

  1. Mulyadi Hud l4L says

    2 December 2017 at 6:50 pm

    Kisah inspiratif yang sangat fenomenal dan menggugah hati bagi yang membacanya, sangat penting bagi pembaca untuk memberikan motivasi dalam rangka tajdidunniyah dalam pribadi seseorang, subhanallah. Syukron

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Artikel Pilihan

Kisah Sayyidina Umar bin Khattab RA (Episode 15)

Kisah Sayyidina Umar bin Khattab RA (Episode 11)

Kisah Penderitaan Sayyidina Khabbab bin Al-Arat RA

Saad bin Abi Waqqash, Pemilik Doa Mustajab

Allah SWT Mengabadikan Dua Perang dalam Al-Qur’an

Kisah Taubatnya Ulama Fudhail bin Iyadh

Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 3

Abu Raihanah – Berperang Lalu Beribadah

Kisah Perjalanan Ke Tabuk Melewati Perkampungan Kaum Tsamud

Teladan Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib

  • Tentang
  • Layanan
  • Arsip
  • Kontak

Facebook | Linkedin | Twitter | Pinterest

Profil

Ahmad Fahrurroji adalah seorang blogger, desainer web dan antusias dengan WordPress. Fokus dalam pembuatan desain web beserta pemasaran online. Jika Anda tertarik untuk mempromosikan bisnis Anda secara online hubungi saja: Email : afahrurroji@gmail.com Informasi → Selengkapnya

Berlangganan ke Blog via Email

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Join 3,573 other subscribers

Copyright © 2022 · Hikayat Islam