Hikayat – Kisah Taubatnya Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘anhu karena tidak ikut dalam Perang Tabuk.
Dalam Perang Tabuk, selain orang-orang yang udzur, ada lebih dari delapan puluh orang munafik Madinah yang tidak menyertai perang itu. Sejumlah itu pula orang-orang penghuni padang sahara yang tidak mengikuti perangi tu. Masih b anyak juga orang-orang yang tidak ikut dalam perang tersebut. Mereka bukan saja tidak mengikuti perang, bahkan mereka menghalang-halangi yang lainnya dengan berkata, “Janganlah kalian berangkat perang pada musim panas.” Allah Subhaanahu wata’ala menjawab perkataan mereka dengan firman-Nya yang artinya: “Api neraka Jahannam lebih panas lagi.” (QS. At-Taubah: 81)
Selain mereka, ada tiga orang shahabat yang tidak menyertai perang tersebut tanpa udzur yang kuat. Mereka adalah Sayyidina Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, Sayyidina Hilal bin Umayyah Radhiyallahu ‘anhu, dan Sayyidina Murarah bin Rabi’ Radhiyallahu ‘anhu. Mereka tidak mengikuti Perang Tabuk bukan karena kemunafikan, juga bukan karena suatu udzur, bahkan mereka sebenarnya dalam kelapangan hidup.
Mengenai ketidakikutsertaannya, sayyidina Ka’ab Radhiyallahu ‘anhu menuturkan sendiri kisahnya secara terperinci. Kisahnya akan diceritakan dalam lembaran berikut ini. Adapaun Sayyidina Murarah bin Rabi’ Radhiyallahu ‘anhu, ketika itu kebun miliknya akan panen besar. Ia berpikir, “Jika aku pergi, semuanya akan menjadi sia-sia. Aku selalu menyertai peperangan. Jika kali ini ia tidak menyertainya. Namun, ketika menyadari bahwa kebun kurmanyalah yang menyebabkan ia tidak ikut ke Tabuk, ia segera menyedekahkan seluruh kebunnya itu.
Sedangkan yang menyebabkan Sayyidina Hilal bin Umayyah Radhiyallahu ‘anhu tidak menyertai peperangan itu, karena ketika itu seluruh kaum kerabatnya yang merantau di berbagai tempat sedang berkumpul. Ia juga berpikiran sama dengan Sayyidina Murarah bin Rabi’ Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia telah menyertai banyak peperangan sebelumnya. Jika pada kesempatan ini ia tidak mnyertainya, tentu tidak mengapa. Atas pertimbangan itulah dia tidak menyertai peperangan tersebut. Setelah sadar, ia berniat akan memutuskan hubungan dengan seluruh kaum kerabatnya. Karena hubungan dengan merekalah yang menjadikan ia tidak menyertai peperangan tersebut.
Kisah tentang Sayyidina Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘anhu telah banyak ditulis dalam kitab-kitab hadits. Ia menerangkan kisahnya sendiri dengan rinci. Ia berkisah sebagai berikut.
“Belum pernah aku mendapatkan kelapangan dan kekayaan seperti saat-saat menjelang Perang Tabuk. Saat itu, aku memiliki dua ekor unta. padahal sebelumnya, aku tidak pernah memiliki dua ekor unta sekaligus. Sudah menjadi kebiasaan Baginda Nabi Shallallhu ‘alaihi wasallam, jika akan berperang, beliau tidak pernah memberitahukan tujuannya, bahkan beliau menanyakan keadaan daerah lain (untuk merahasiakan tujuan yang sebenarnya sehingga tidak diketahui oleh musuh). Namun, pada perang kali ini, karena cuaca yang begitu panas dan jarak yang begitu jauh serta musuh yang jumlahnya begitu besar, maka Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengumumkan secara terang-terangan tujuan pasukan Kaum Muslimin, agar mereka bersiap-siap.
Ketika itu, banyak sekali Kaum Muslimin yang akan menyertai Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga sulit menuliskan semua nama mereka dalam daftar. Mereka yang ingin menyembunyikan diri untuk tidak ikut pun, tidak mudah diketahui, karena banyaknya jumlah pasukan. Bertepatan pada masa itu kebun-kebun kurma di Madinah akan panen besar.
Setiap pagi, aku ingin mempersiapkan perlengkapan perang. Namun, sampai sore ini, keinginanku itu belum terlaksana. Terlintas dalam pikiranku, bahwa aku telah mendapatkan kelapangan, sehingga jika aku bersungguh-sungguh, kapan saja aku tentu dapat rnenyusul pasukan itu. Akhirnya, ·ketika Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat ke medan perang beserta Ka um Muslimin, · aku masih belum membuat persiapan. Lagi-lagi terpikir olehku bahwa dengan satu dua hari persiapan, aku tentu dapat menyusul. Seperti itulah aku menunda-nunda hingga diperkirakan Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah tiba di tempat tujuan. Saat itu, aku telah berusaha, namun ternyata perlengkapan belum siap juga. Ketika kuperhatikan keadaan sekeliling Madinah Thayyibah, ternyata yang ku!ihat hanyalah orang-orang yang sudah dikenal kemunafikannya dan orang-orang yang udzur.
Bersambung…
[99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab]
Leave a Reply