• Home
  • Layanan
    • Jasa Desain Web
    • Program Umroh
  • Arsip
  • Kategori
    • Kisah Rasulullah
    • Kisah Shahabat
    • Kisah Orang Shalih
    • Kisah Teladan
    • Sejarah Islam
  • KAJIAN ISLAM
  • AFAHRURROJInet
  • Tips

Hikayat Islam

Kisah-kisah Islami

You are here: Home / Kisah Shahabat / Kisah Penderitaan Sayyidina Khabbab bin Al-Arat RA

Kisah Penderitaan Sayyidina Khabbab bin Al-Arat RA

updated 8 November 2017 by Ahmad Fahrurroji Leave a Comment 3725 Views

Khabbab bin Al-Arat RA

Hikayat – Kisah Penderitaan Sayyidina Khabbab bin Al-Arat Radhiyallahu ‘anhu

Sayyyidina Khabbab bin Al-Arat Radhiyallahu ‘anhu termasuk seorang shahabat yang dipenuhi keberkahan, yang menyiapkan dirinya untuk menerima berbagai ujian. Dia adalah orang yang telah menahan penderitaan-penderitaan yang berat di jalan Allah Subhaanahu wata’ala pada masa awal Islam. Dia masuk Islam ketika baru ada lima atau enam orang yang menerima Islam, sehingga cukup lama dia bergelut dengan penderitaan. Dia pernah dipaksa memakai baju besi, lalu dibaringkan di bawah terik matahari yang sangat panas sehingga membanjir keringat dari sekujur tubuhnya. Begitu sering dia dibaringkan di padang pasir yang sangat panas, sampai daging punggungnya terkelupas.

Sayyidina khabbab bin Al-Arat Radhiyallahu ‘anhu adalah hamba sahaya milik seorang wanita kafir. Ketika wanita itu mengetahui dia sering menjumpai Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ia menghukum Sayyidina Khabbab Radhiyallahu ‘anhu dengan menyengatkan batang besi panas ke kepalanya.

Ketika menjadi khalifah, Sayyidina Umar bin Khatthab Radhiyallahu ‘anhu meminta Sayyidina Khabbab Radhiyallahu ‘anhu mencertiakan kembali penderitaan yang telah dialaminya dahulu. Sayyidina Khabbab Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Lihatlah punggungku ini.” Begitu Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘anhu melihat punggungnya, dia berseru, “Belum pernah kulihat punggung yang luka separah ini.” Sayyidina khabbab Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku diseret di atas timbunan bara api yang menyala, sehingga lemak dan darah yang mengalir dari punggungku memadamkan bara api itu.”

Setelah Islam jaya dan pintu-pintu kemenangan terbuka lebar, Sayyidina Khabbab Radhiyallahu ‘anhu menangis, “Saya khawatir penderitaan-penderitaan kita untuk agama telah dibalas di dunia, sehingga tidak ada balasan lagi di akhirat.”

Sayyidina Khabbab Radhiyallahu ‘anhu bercerita, “Suatu ketika Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam shalat begitu panjang, tidak seperti biasanya. Lalu, ada seorang shahabat yang bertanya tentang shalatnya itu.” Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ini adalah shalat yang penuh harap dan takut. Aku mengajukan tiga permintaan kepada Allah Subhaanahu wata’ala. Dua telah dikabulkan, dan yang satu ditolak. Pertama, aku memohon agar umatku tidak dimusnahkan dengan kelaparan, Allah Subhaanahu wata’ala mengabulkan do’a ini. Kedua, aku meminta agar umatku tidak dikuasai oleh musuh yang akan menghabisinya, Allah Subhaanahu wata’ala pun mengabulkan doa ini. Yang ketiga, aku meminta agar tidak ada pertikaian di antara umatku, tetapi Allah Subhaanahu wata’ala tidak mengabulkan doa ini.”

Sayyidina Khabbab Radhiyallahu ‘anhu wafat pada tahun ke 37 H. Dia shahabat yang pertama kali dimakamkan di Kufah. Setelah wafatnya, Sayyidina Ali Radhiyallahu ‘anhu pernah melewati kuburnya dan berkata, “Semoga Allah Subhaanahu wata’ala merahmati Khabbab. Dengan senang hati ia memluk Islam dan dengan suka rela ia berhijrah, dan untuk berjihad ia menghabiskan umurnya, serta ia telah menahan bermacam-macam penderitaan untuk agama. Penuh berkahlah orang yang selalu mengingat Hari Kiamat dan bersiap-siap untuk menghadapi Hari Hisab. Ia merasa cukup dengan harta seadanya, dan ia membuat ridha Tuhannya.” (dari kitab Usudul Ghabah)

Faidah

Mencari ridha Allah Subhaanahu wata’ala semata adalah tujuan dari kehidupan para shahabat. Setiap pekerjaan semata-mata untuk mendapat ridha-Nya.

[Kisah-kisah Shahabat, Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a – Hal 16]

Share this:

  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)

Filed Under: Kisah Shahabat Tagged: hikayat, hikayat islam, khabbab bin Al-Arat, kisah islami 3725 Views

Related Posts

  • Kisah Sayyidina Abu Hurairah RA Bertanya Satu Masalah karena Lapar
  • Ali bin Al-FudhailAli bin Al-Fudhail, Meninggal Karena Bacaan Al-Quran
  • Said Bin Amir Al-Jumahi, Pemimpin dan Wali
  • Kisah Kejujuran Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad
  • Ma’ruf Al-Kurkhi, Salah Satu Murid Para Malaikat

Leave a Reply Cancel reply

Artikel Pilihan

Rasulullah SAW Membaca Enam Juz Al Quran dalam Empat Rakaat

Kisah Perjalanan Seseorang dari Madinah ke Dasmaskus Hanya untuk Sebuah Hadits

Abdullah bin Salam dan al-Urwatul Wutsqa

Aku Tidak Peduli, Selama Mati Dalam Keadaan Islam

Taubatnya Ka’ab bin Malik RA Karena Tidak Ikut dalam Perang Tabuk (4)

Sikap Hati-hati yang Sangat Tinggi Sayyidina Umar RA

Pemilik Kalung

Ibadah 500 Tahun

Syaikh Badiuzzaman Said Nursi, Ulama dan Mujahid Yang Tak Lekang oleh Masa

Kisah Bilal RA Berhutang kepada Seorang Musyrik

  • Tentang
  • Layanan
  • Arsip
  • Kontak

Facebook | Linkedin | Twitter | Pinterest

Profil

Ahmad Fahrurroji adalah seorang blogger, desainer web dan antusias dengan WordPress. Fokus dalam pembuatan desain web beserta pemasaran online. Jika Anda tertarik untuk mempromosikan bisnis Anda secara online hubungi saja: Email : afahrurroji@gmail.com Informasi → Selengkapnya

Berlangganan ke Blog via Email

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Join 3,573 other subscribers

Copyright © 2022 · Hikayat Islam