Hikayat – Al-Khansa binti Amru, Cinta Sejati Ibu Pada Anak-anaknya yang berjuang di jalan Allah Subhaanahu wata’ala & mati syahid di medan pertempuran Kadisia.
Wanita itu sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti wanita yang masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi pendorong dan obrolan orang disekitarnya. Maklumlah, ia memang seorang penyair dua zaman, maka tidak kurang pula berbicara dalam bentuk syair. Al-Khansa binti Amru, demikianlah nama wanita itu. Dia merupakan wanita yang terkenal cantik dan pandai di kalangan orang Arab. Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang bernama Sakhr :
‘Setiap matahari terbit, dia mengingatkan aku pada Sakhr, malang. Aku pula masih teringatkan dia setiap matahari terbenam di ufuk barat Kalaulah tidak karena terlalu banyak orang menangis di sampingku ke atas mayat-mayat mereka, niscaya aku bunuh diriku.’
Setelah Al-Khansa binti Amru memeluk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah digunakan untuk membangkitkan semangat para pejuang Islam. Ia mempunyai empat orang putera yang kesemuanya diajar ilmu bersyair dan dididik berjuang dengan berani. Kemudian puteranya itu telah diserahkan untuk berjuang demi kemenangan dan kepentingan Islam. Al-Khansa binti Amru telah mengajar anaknya sejak kecil lagi agar jangan takut menghadapi peperangan dan tantangan.
Pada tahun 14 Hijrah, Khalifah Umar bin Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk menantang Persia. Seluruh Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka terkumpullah sebanyak 41,000 orang tentara. Al-Khansa binti Amru telah mengerahkan keempat puteranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Al-Khansa binti Amru sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan membangkitkan semangat pejuang tentara Islam.
Dengarlah nasihat Khansa kepada putera-puteranya yang sebentar lagi akan ke medan perang, “Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati. Kemudian kamu berhijrah dengan sukarela pula. Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang lelaki dan seorang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak pernah memburuk-burukkan saudara-maramu, aku tidak pernah merendahkan keturuna kamu, dan aku tidak pernah mengubah hubungan kamu. Kamu telah mengetahui pahala yang diberikan oleh Allah kepada kaum muslimin dalam memerangi kaum kafir itu. Ketahuilah bahwasaya tempat yang kekal itu lebih baik daripada tempat yang binasa.”
Kemudian Al-Khansa binti Amru membacakan satu ayat dari surah Ali Imran yang bermaksud, “Wahai orang yang beriman! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, mudah-mudahan menjadi orang yang beruntung.” Putera-putera Al-Khansa binti Amru tertunduk khusyuk mendengar nasihat ibunya yang disayanginya.
Seterusnya Khansa berkata, “Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah dalam keadaan selamat, maka keluarlah untuk berperang dengan musuh kamu. Gunakanlah semua pengalamanmu dan mohonlah pertolongan dari Allah. Jika kamu melihat api pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi oleh api peperangan yang sedang bergejolak, masuklah kamu ke dalamnya. Dan dapatkanlah penyebabnya ketika terjadi perlagaan pertempurannya, semoga kamu akan berhasil mendapat balasan di tempat yang abadi, dan tempat tinggal yang kekal.”
Subuh paginya semua tentara Islam sudah berada di sajadah masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah yaitu shalat Subuh, kemudian berdoa mudah-mudahan Allah memberikan mereka kemenangan atau syurga. Kemudian Saad bin Abu Waqas panglima besar Islam telah memberikan arahan agar bersiap-siap setelah semboyan perang berbunyi. Perang satu lawan satu pun bermula dua hari. Pada hari ketiga mulailah pertempuran besar-besaran. 41,000 orang tentaraIslam melawan tentera Persiayang berjumlah 200,000 orang. Pasukan Islam mendapat tantangan hebat, namun mereka tetap yakin akan pertolongan Allah .
Putera-putera Khansa maju untuk merebut kesempatan masuk ke syurga. Berkat dorongan dan nasihat dari ibunya, mereka tidak sedikit pun merasa takut. Sambil mengibas-ngibaskan pedang, salah seorang dari mereka berkata,
“Hai saudara-saudaraku! Ibu tua kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil kita semalam dan membekali nasihat. Semua mutiara yang keluar dari mulutnya brilian dan bermanfaat. Insya Allah akan kita buktikan sedikit waktu lagi.”
Kemudian ia maju menantang setiap musuh yang datang. Seterusnya disusul pula oleh anak kedua maju dan menantang setiap musuh yang menantang. Dengan semangat yang berapi-api ia berkata,
“Demi Allah! Kami tidak akan melanggar nasihat dari ibu tua kami Nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati Segeralah bertempur, segeralah bertarung dan menggempur mush-musuh bersama-sama Sehingga kau lihat keluarga Kaisar musnah.”
Anak Khansa yang ketiga pula segera melompat dengan beraninya dan berkata,
“Sungguh ibu tua kami kuat keazamannya, tetap tegas tidak goyah Beliau telah mendorong kita agar bertindak efisien dan berakal cemerlang Itulah nasihat seorang ibu tua yang peduli terhadap anak-anaknya sendiri. Mari! Segera memasuki medan tempur dan segeralah untuk mempertahankan diri. Dapatkan kemenangan yang bakal membawa kegembiraan di dalam hati atau tempuhlah kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi.”
Akhirnya anak keempat menghunus pedang dan melompat menyusul saudara-saudaranya. Untuk membangkitkan semangatnya ia pun berkata,
“Bukanlah aku putera Khansa’, bukanlah aku anak jantan dan bukanlah pula karena ‘Amru yang pujiannya sudah lama terkenal kalau aku tidak membuat tentara asing yang berkelompok-kelompok itu terjungkal ke jurang bahaya, dan korban hancur oleh senjataku.”
Berperanglah keempat putera Khansa dengan tekad bulat untuk mendapatkan surga diiringi oleh doa munajat ibunya yang berada di garis belakang. Pertempuran yang berlangsung hebat. Tentara Islam pada awalnya kebingungan dan kacau karena pada awalnya tentara Persia menggunakan tentara bergajah di garis depan, sementara tentara dengan berjalan kaki berlindung di belakang binatang kuat itu. Namun tentara Islam dapat melukai gajah-gajah itu dengan memanah mata dan bagian-bagian lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan pemilik yang menungganginya, menginjak-injak tentara Parsi yang lainnya. Kesempatan ini digunakan oleh pihak Islam untuk menghancurkan mereka. Panglima perang bermahkota Persia dapat dipenggal kepalanya, akhirnya mereka lari tunggang-langgang menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam sampai air sungai menjadi merah. Pasukan Persia kalah parah, dari 200.000 tentaranya hanya sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri.
Umat Islam lega. Kini mereka mengumpulkan dan menghitung tentara Islam yang gugur. Ternyata yang beruntung menemui syahid di medan Kadisia itu berjumlah lebih kurang 7.000 orang. Dan dari 7.000 orang syuhada itu terbujur empat orang bersaudara Khansa. Seketika itu juga ramailah tentara Islam yang datang menemui Khansa memberitahukan bahwa keempat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa binti Amru menerima berita itu dengan tenang, gembira dan hati tidak gemetar. Al-Khansa binti Amru terus memuji Allah dengan ucapan,
“Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan mensyahidkan mereka, dan aku mengharapkan dari Tuhanku, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!”
Al-Khansa binti Amru kembali ke Madinah bersama para prajurit yang masih hidup dengan meninggalkan mayat-mayat putranya di medan pertempuran Kadisia. Dari peristiwa peperangan itu pula wanita penyair ini mendapat gelar kehormatan “Ummu syuhada yang artinya ibu kepada orang-orang yang mati syahid.”
[…] Artikel sebelumnya Al-Khansa binti Amru, Cinta Sejati Ibu Pada Anak-anaknya […]