Hikayat – Sikap Hati-hati yang Sangat Tinggi Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘anhu
Suatu saat Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘anhu menerima minyak kasturi dari Bahrain. Ia berkata, “Adakah orang yang bersedia menimbangnya untuk dibagikan kepada Kaum Muslimin?” Istrinya, Sayyidatina Atikah Radhiyallahu ‘anha, berkata, “Aku akan menimbangnya.” Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘anhu diam saja, lalu bertanya lagi, “Siapakah yang bersedia menimbang minyak kasturi ini untuk dibagikan?” Sekali lagi istrinya menjawab dengan jawaban yang sama. Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘anhu tetap diam. Pada yang ketiga kalinya, barulah Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku tidak suka jika engkau menyentuh kasturi itu dengan tanganmu ketika engkau meletakkannya di timbangan, karena minyak itu akan melekat di tanganmu, lalu engkau menyapukannya ke badanmu. Dengan demikian, berarti aku memperoleh bagian yang melebihi hakku.”
Faidah
Inilah sikap hati-hati yang sangat tinggi, yaitu dengan berusaha menyelamatkan diri dari posisi yang dapat menimbulkan tuduhan. Padahal siapa saja yang menimbang minyak itu tentu akan terkena tangannya, dan tidak ada keraguan lagi bahwa yang demikian itu dibolehkan. Meskipun begitu, Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘anhu melarang istrinya berbuat demikian.
Persitiwa seperti ini, juga terjadi pada Sayyidina Umar bin Abdul Aziz Rahmatullah ‘alaih yang terkenal dengan sebutan Umar kedua. Pada zamannya, ketika minyak kasturi sedang ditimbang, ia menutup hidungnya rapat-rapat. Ia berkata, “Manfaat minyak wangi adalah keharuman baunya. Maka saya tidak mau mebauinya, karena bukan hak saya.” (dari kitab Ihya ‘Ulumuddin)
Begitulah ketelitian dan kehati-hatian para shahabat Radhiyallahu ‘anhum, para tabi’in Rahmatullah ‘alaihim, ulama dan para pemimpin kita.
[Kisah-kisah Shahabat, Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a]
Leave a Reply