
Hikayat Islam – Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam
Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, tunduk dan bersujud di hadapanku.”
Ayahnya berkata, “Hai anakku, jangan kamu ceritakan mimpi itu kepada saudara-saudaramu, sebab akan menimbulkan kedengkian di hati mereka sehingga mereka tergoda oleh setan untuk mengatur siasat mencelakakanmu. Mereka akan membuat tipu daya dan berbuat makar terhadapmu. Sesungguhnya setan adalah musuh manusia yang sangat nyata.
Seperti halnya kamu lihat dirimu dalam mimpi sebagai tuan yang ditaati, memiliki kehormatan dan kedudukan, Tuhanmu memilih kamu dan mengajarkanmu takwil mimpi yang membuat kamu dihormati. Allah juga menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan keluarga Ya’qub dengan kenabian dan kerasulan, sama halnya ketika Dia menyempurnakan rahmat-Nya kepada orang tua sebelum bapakmu yaitu Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana sehingga tidak pernah salah, Maha Mengetahui sehingga Dia memilih hamba-Nya yang diketahui pantas untuk dipilih.
Di dalam kisah Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat pelajaran dan bukti-bukti kekuasaan Allah bagi orang-orang yang menyakan dan ingin mengetahuinya.
Yaitu, ketika saudara-saudara Yusuf berkata kepada sesama mereka, “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita adalah satu kelompok yang kuat dan lebih bermanfaat bagi ayah daripada mereka berdua. Dengan lebih menganakemaskan Yusuf dan saudara kandungnya daripada kita, sesungguhnya ayah kita telah keliru dan jauh dari kebenaran. Padahal kebenaran itu amat jelas.”
Bunuh saja Yusuf atau buang ia ke suatu dareah yang jauh dari ayahnya dan tidak bisa dijamah oleh ayah supaya kecintaan dan perhatian ayah hanya tertuju pada kalian. Sesudah kalian menjauhkan Yusuf darinya dengna membunuh atau membuangnya, kalian akan menjadi orang-orang yang baik, sebab Allah menerima tobat kalian dan ayah pun akan memaafkan perbuatan kalian.
Salah seorang pembicara di antara mereka berkata, “jangan kalian bunuh Yusuf, sebab, itu perbuatan yang amat jahat. Tetapi masukanlah ia ke dalam lobang sumur yang tidak seorang pun melihatnya. Nantinya ia akan ditemukan oleh beberapa orang musafir, jika embernya diulurkan ke dalam sumur, dan membawanya pergi jauh dari kalian dan ayah kalian. Lakukanlah itu jika kalian ingin menjauhkannya dan mewujudkan maksud kalian.
Setelah sepakat untuk menjauhkan Yusuf, mereka berkata, “Wahai ayah, apa yang membuatmu ragu untuk melepas Yusuf dan merasa tidak aman kalau ia bersama kami? Kami tegaskan kepadamu bahwa kami sangat mencintai dan menyayanginya serta selalu menginginkan kebaikan baginya. Tidak akan engkau dapatkan dari kami selain cinta dan nasihat yang tulus.”
Izinkan ia pergi bersama kami besok ke tempat bermain, agar ia bisa bermain-main dan bersenang-senang dengan makanan yan enak. Kami akan berusaha keras untuk menjaga dan melindunginya dari segala bentuk gangguan.”
Ayah mereka berkata, “Aku sungguh merasa sedih melepas kalian pergi jauh dariku. Aku khawatir, jika aku percayakan ia kepada kalian, ia akan dimakan serigala, sementara kalian lengah.”
Mereka berkata, “kami bersumpah kepadamu, kalau ia sampai dimakan serigala, sementara kami orang-orang yang kuat, maka itu merupakan suatu keaiban dan kerugian. Kalau kekhawatiranmu itu terjadi, sungguh kami telah kehilangan sesuatu yang harus dijaga dan tidak boleh dilalaikan. Percayalah, kami tidak akan lengah menjaganya. Sebab, kalau kami lalai, berarti kami telah merugikan dan menghinakan diri kami sendiri.”
Ketika mereka telah pergi jauh dari ayahnya dan sepakat untuk menceburkan Yusuf ke dalam sumur, mereka segera melaksanakan keinginannya. Yusuf Kami berikan wahyu berupa ketenangan dan keyakinan pada Allah. Juga Kami wahyukan bahwa Allah akan membuka mereka siasat yang mereka rencanakan dan mereka laksanakan. Mereka tidak ingat lagi ketika ia beritahukan mereka bahwa dirinya adalah Yusuf, orang menjadi sasaran persengkongkolan mereka. Mereka mengira telah menghilangkan jejaknya dan merasa terlepas dari Yusuf.
Mereka kembali kepada ayahnya di sore hari sambil menampakkan kesedihan dan menangis dengan suara keras.
Mereka berkata, “Wahai ayah, ketika kami pergi berlomba memanah dan lari kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami untuk menjaganya. Lalu ia dimakan serigala saat kami berada di kejauhan dan sibuk dengan perlombaan. Ayah tentu tidak akan percaya omongan kami walaupun apa yang kami katakan itu benar.”
Mereka mendatangkan baju gamisnya yang berlumuran darah, untuk menjadi bukti pengakuan mereka, yang mereka katakan itu sebagai darah Yusuf, agar ayah mereka percaya. Akan tetapi sang ayah berkata, “Serigala tidak memakan Yusuf seperti yang kalian katakan. Tetapi diri kalian telah memandang baik perbuatan jahat itu, sehingga kalian melakukannya. Akau hanya bisa bersabar yang tidak disertai rasa cemas terhadap apa yang aku derita dari kalian. Hanya Allahlah tempat memohon pertolongan atas kebohongan yang kalian katakan.
Kemudian datanglah sekelompok orang musafir, yang akan menuju Mesir, ke sumur itu. Mereka mengutus orang yang akan mengambil air untuk memberi minum mereka. Orang itu menurunkan timba, kemudian mengangkatnya. Tiba-tiba Yusuf terangkat dan bergantungan di timba tersebut. Pengambil air itu berteriak gembira, “Ada berita gembira…! Aku menemukan seorang Anak muda…!” Mereka lalu menyembunyikan Yusuf di antara barang-barang dagangan yang diperjualbelikan. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan.
Mereka menjual Yusuf dengan harga sangat rendah, hanya beberapa dirham saja. Mereka merasa tidak tertarik oleh Yusuf karena khawatir keluarganya akan mengetahuinya dan merampasnya dari mereka.
Orang Mesir yang membeli Yusuf berkata kepada istrinya, “Perlakukan dan layani anak ini dengan baik, agar ia betah tinggal bersama kita, siapa tahu ia akan bermanfaat bagi kita. Atau, kita angkat ia sebagai anak. Seperti halnya posisi terhormat dan tempat tinggal mulia ini, Kami berikan kepada Yusuf di Mesir kedudukan besar lainnya, agar ia dapat bertindak secara adil dan terencana, dan agar Kami dapat mengajarkannya takwil mimpi sehingga ia bersiap-siap setelah mengetahui apa yang akan terjadi. Allah Maha Kuat lagi Maha Kuasa untuk melaksanakan segala apa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada yang dapat menghalangi-Nya untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hikmah-Nya yang tersembunyi dan siasat-Nya yang halus.
Baca juga:
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 2
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 3
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 4
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 5
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 6
- Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam – Bagian 7
Bersambung…
Leave a Reply